Selasa, 18 Januari 2011

Mengapa Saya Naik Motor


Pagi ini, hujan deras turun menyelimuti bumi. Terjaga di pagi hari, kupersiapkan segala keperluan sekolah anak-anak. Si sulung akan berangkat sekolah, kumasukkan sepatu dan kaus kakinya ke dalam tas plastik. Dia akan mengenakan jas hujan dan sandal jepit saja. Sudah sejak minggu lalu dia membawa uang sejumlah Rp 1.050.000 di dalam tasnya. Uang itu akan dipergunakan untuk membayar uang (mereka memberinya istilah, uang komite), namun selalu gagal, karena padatnya jadwal pelajaran sekolah, hingga begitu sekolah berakhir, uang itu utuh dibawa kembali ke rumah. Dan kini kuputuskan, aku lah yang akan datang ke sekolahnya, membayar uang komite tersebut ke ruang pembayaran di sekolahnya, SMAN 1 Denpasar. Dia lalu berangkat dengan mengendarai Yamaha Yupiter MX. Aku akan menyusulnya belakangan.

Namun kini aku harus mengantar si bungsu terlebih dahulu. Dia mengikuti kursus di daerah Seminyak, rumah ibu guru Agung. Suami yang sedang menyusun disertasinya, minta komputer dan printer di set up dahulu... Maka, jadilah ku set up ulang, komputer beserta printer demi suami, agar bisa konsentrasi penuh pada persiapan disertasinya. Lalu kukenakan jas hujan besar, sibungsu melompat naik ke atas motor, di bangku bagian depan. Ku kerubungi kepala dan tubuhnya dengan jas hujan super besarku, simbok membuka pintu pagar besi, dan kami berangkat menuju Seminyak, tempat les anakku.

Selesai mengantar putra bungsuku ke tempat kursusnya, aku bergerak menuju sekolah putra sulung. Kuparkir motor astrea 800 tercinta di halaman parkir SMAN 1 Denpasar, yang terkenal pula dengan SMANSA dan semboyannya, Karmany Eva Dhikaraste Kadacana Maphalecu ini. Jas hujan kubawa hingga ke dalam lobby sekolah. Dan... masuk ke ruang administrasi mereka. Ku hampiri seorang wanita tua yang bertugas menerima uang pembayaran . Setelah sedikit basa - basi, kuserahkan uang sejumlah Rp 1.050.000, untuk pembayaran selama 3 bulan. Kini harus segera meluncur ke Nusa Dua, banyak urusan dan kegiatan yang menanti untuk diselesaikan pula. Hujan masih membabar diri, hingga kukenakan kembali jas hujan, menahan rasa dingin yang menusuk di kulit tubuhku. Kutatap jemari tangan, sudah mulai berkeriput karena hujan dan kedinginan. Hmmm, Maha Besar Hyang Widhi Wasa yang telah memberi berkah hujan ini. Bersyukur sudah dapat hujan. Enjoy aja dah......

Ah ha....
Inilah seninya berkeluarga dan bekerja. Bisa berkumpul bersama anggota keluarga, melewatkan se efektif dan se efisien mungkin waktu bersama mereka, juga bisa tetap berdiskusi bersama para sahabat. Tidak perlu mejeng sejak pukul 7 pagi di pinggir jalan. Padahal lembaga dimana aku bekerja, STPNDB, menyediakan 3 bis untuk mengantar dan menjemput karyawannya dari dan ke Nusa Dua. termasuk beberapa mobil tipe kijang kapsul. Namun kupilih membawa motor sendiri, untuk menghindari kemacetan parah di jalan-jalan seputran Denpasar, juga, memiliki waktu lebih lama dan sering, bersama keluarga tercinta, mengetahui perkembangan mereka dari waktu ke waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar