Senin, 24 Januari 2011

Dan, dia menggelepar terkapar tepat di hadapanku...


Pulang dari kantor, Senin, 24 Januari 2011. Lembur bareng bu Irene dan pak Nengah Sudarma. Pukul 15.45 aku beranjak meninggalkan kampus STPNDB. tepat di depan Setra Dalem, kuburan desa adat Bualu, terjadi benturan antara dua sepeda motor.

Dari arah atas, seorang pria mengenakan jas hujan berwarna cokelat. Dari arah bawah, seorang pria mengendarai motor bersama seorang wanita. Dengan bersinggungan di bagian pegangan motornya, si pria yang mengenakan jas hujan sempat oleng sejenak, sebelum akhirnya tersungkur pula di tengah jalan. Namun dia bisa segera berdiri, dan menuding-nuding pengendara motor yg satunya lagi.

Bagaimana dengan kondisi pengendara motor lain itu? Dia terpental, tertelungkup dengan posisi miring, dengan bagian kepala terlebih dahulu menghantam aspal. Si wanita yang diboncengnya bisa segera berdiri. Mereka berdua tidak mengenakan helm. Terlihat darah segar mengalir di aspal. Suara gumaman tidak jelas, terdengan dari mulutnya. Si wanita berteriak-teriak memohon bantuan, sesekali menggoyangkan tubuh pria yang tergeletak di jalanan tersebut. Banyak orang mulai berhenti dan mendekati. Juga para pengendara motor dan mobil lainnya.

Kuputuskan untuk tidak berhenti. Maafkan aku, Tuhan. Sudah berpaling dari situasi dimana ada orang yang butuh bantuan. Namun, apa yang bisa kulakukan saat itu? Kulihat, sudah banyak orang yang menghampiri dan membantunya, meminggirkan motor, mengangkatnya ke pinggir. Bukan tidak mungkin, aku malah berhenti hanya untuk menunjukkan simpati, tanpa bisa membantu apa pun, hanya menambah kemacetan di jalan tersebut.

Ahhh.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar