Kamis, 20 Juni 2013

Perjuanganku bagi mu, nak. Suatu hari dikau akan pahami makna di balik ini semua.....



Terjaga di pagi dini hari, 20 Juni 2013. Hari ini anak-anakku sudah bersantai dari beragam kegiatan yang lumayan menyita waktu berkaitan dengan proses belajar mengajar. Yudha sedang menikmati liburan sekolah, Adi baru kemarin tuntas mengikuti rangkaian ujian perguruan tinggi.



Besar sekali harapan dan usaha yang telah dilakukannya, untuk diterima di salah satu universitas terbaik, pada bidang desain grafis, teknologi informatika, baik di Unibraw Malang, atau di UNUD. Setelah gagal pada SNMPTN yang baru lalu, dia belajar keras untuk lulus pada SBPTN. Dari menambah porsi les setiap hari, selama 5 jam les di Ganesha Operasional, masih ditambah lagi dengan 3 jam les privat per hari. Termasuk dengan bekerja sebagai fotografer pada beberapa kegiatan, agar dapat menambah uang untuk membayar les nya.











Anak-anakku terkasih......
Kusebut mereka dengan. My Lovely Amazing Handsome Bodyguards, My Son. Mereka lah yang menjadi semangat membara bagi ku, mereka sungguh menakjubkan dengan segala tingkah dan polahnya, mereka pula yang menjagaku selalu, untuk tetap menjadi ibu yang baik bagi diriku sendiri, juga bagi mereka.... Semoga mereka bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, dan juga bagi orang lain, serta berharga bagi negeri ini, dan seantero bumi.


Aku sungguh terharu. Namun proses belajar keras ini di jalani Adi dengan sepenuh hati. Ahhh, sungguh aku khawatir akan kondisi tubuhnya yang didera segudang kesibukan, juga kondisi emosi remaja yang masih labil. Khawatir dia menjadi depresi bila gagal mencapai tujuan yang diinginkan.

Perlahan, kuberi perhatian dan arahan...... bahwa dia tetap bisa menjadi apapun dan siapapun yang sungguh berharga dalam hidup ini, meski gagal masuk pada universitas dan fakultas yang diinginkan. Dan, kusiapkan mentalnya, untuk mencoba mencari alternatif lain.... Seorang ibu, harus mampu membangkitkan semangat ananda, dan memotivasi nya menggapai setiap impian dan harapan, meski terkadang berat, sungguh berat......

Pukul 7 pagi, semua urusan dalam rumah tangga telah tuntas kukerjakan. Yudha yang telah terbangun juga sudah selesai menyapu dan mengepel seluruh ruang dalam rumah. Kubangunkan Adi yang masih terlelap. Kuminta dia mandi dan bersiap bersama denganku. Kami berdiskusi berdua.

Kujelaskan rencana kegiatan kami sepanjang hari ini. aku inginkan dia mendaftar dan mengikuti ujian masuk di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. Kemudian kami berencana ke STIKOM, dia bisa mendaftar dan mengikuti ujian disana. Dia menjelaskan pula, dia ingin ikuti pendaftaran dan ujian di STAN, yang pendaftaran terakhirnya adalah hari ini secara online. Kami sepakat......

Waktu menunjukkan pukul 8.30 saat kami bergerak menuju Nusa Dua. STPNDB. Berkali beberapa mahasiswa bimbingan skripsi ku menanyakan apakah bisa bimbingan hari ini. Kukatakan, aku siap. Maka, saat kami tiba di STPNDB, kuhantar anakku menuju ruang pendaftaran PENSISBA (penerimaan mahasiswa baru), membeli formulir pendaftaran seharga Rp. 250.000, dan mendaftar secara online pula di ruang yang sama.

Kemudian kutelepon para mahasiswa yang menunggu di ruang Administrasi Perhotelan untuk menemuiku di ruang PENSISBA. Maka, sambil menyelam, minum air. Anakku mendaftar pada Program Studi yang diinginkannya, dan aku bimbingan dengan para mahasiswa dan mahasiswi yang menungguku, mulai dari motivasi, performance, pelatihan, kepuasan kerja, metode analisis data, angket yang bakal disebar, hambatan dalam penyusunan simpulan dan juga saran pada skripsi mereka.

Pukul 11.00, kami beranjak ke kantin kampus. Bersama beberapa rekan, bu Tri Ariani, bu Eka Trisdayanti, kami menikmati makan siang sejenak, sebelum aku dan anakku berpamit. Adi harus membeli formulir pendaftaran dengan membayar sejumlah Rp. 150.000 di Bank Mandiri, yang ditujukan pada manajemen Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Maka, kami mampir di bank pemerintah di jalan raya By Pass Ngurah Rai ini demi keperluan Adi.

Tepat pukul 12.00, Matahari bersinar sangat terang, debu jalan dan beragam kendaraan menyeruak ke udara. Kami menyusuri jalan raya panas terik siang hari ini, Nusa Dua - Denpasar, berbelok ke kiri, arah jalan raya Sesetan, dan lewati jalan Bedahulu, menuju Renon. Kampus STIKOM.

Tiba pukul 13.30 di kampus STIKOM, kami diterima petugas meja depan, dan lanjut berdiskusi dengan ketua Pusat Penjaminan Mutu, ibu Rema. Hmmm, ada kemungkinan Adi bisa berjuang lewat jalur Beasiswa karena dia telah memenangkan beragam perlombaan, dan dibuktikan dengan piagam yang dimilikinya. Ah Tuhan.... Ida Sang Hyang Widhi Wasa, semoga anakku berhasil meraih sukses sesuai dengan keinginan dan harapannya.



Hasil diskusi kami berakhir dengan keputusan mantapnya untuk mengambil program studi Sarjana Sistem Informatika di kampus STIKOM ini. Formulir pendaftaran kami beli seharga Rp. 200.000. Waktu menunjukkan pukul 15.00. Kami pun segera pulang ke rumah untuk beristirahat sejenak.



Tuntaskah acara hari ini???
Belum juga. Pada sore hari, kami menuju rumah bapak klian dinas. Ya, di Bali tidak ada ketua RT atau RW seperti di daerah lain di Indonesia ini, yang ada adalah kepala lingkungan atau banjar, klian dinas untuk urusan administrasi kependudukan, atau klian adat untuk urusan keagamaan warga Hindu.



Adi harus memiliki surat keterangan domisili sebagai prasyarat pendaftaran peserta ujian masuk di berbagai universitas yang ditujunya. berikutnya baru surat domisili ini dipergunakan untuk mengurus pembuatan surat keterangan kelakuan baik di kantor POLTABES. Maka, kami mengunjungi rumah bapak Klian Dinas, Pak Nyoman Tanujaya, dan ke rumah sahabatku, yang suaminya seorang anggota kepolisian di POLTABES, demi persiapan pengurusan berkas-berkas yang dimaksud.



Hmmm, sungguh, berat perjuangan kami sepanjang hari ini. Lelah ?? tentu, namun sudah kewajiban ku untuk menghantarkan anak-anakku, meraih pengalaman, menjadi smakin bijak dan dewasa, dari hari ke hari.



Waktu menunjukkan sudah pukul 8 malam, saat kami melanjutkan arah menuju sebuah foto studio. Adi harus membuat pasfoto lagi, karena pastofonya telah habis, sedang dia masih membutuhkan banyak sebagai prasyarat kelengkapan berkas-berkas pendaftaran di beberapa perguruan tinggi yang dituju nya. Yudha sudah memperlihatkan wajah lelah dan mengantuk. Kurayu dia, kami akan membelikannya es krim setelah acara ini tuntas. Kembali, kami harus merogoh uang Rp. 110.000 untuk sejumlah pasfoto berwarna yang dicetak secara instan tersebut. Arrgghhhhh.

Pukul 10 malam, kami tiba di rumah. Dengan letih kulangkahkan tubuh masuk ke dalam rumah, setelah merapikan susunan kendaraan di rumah kami, menutup gerbang, dan bersiap istirahat. Yudha masih merayu dan berkata..... "Mak, Yudha mau makan lagi, lapar lagi". Ah ha..... Dan, aku kembali bangkit berjalan ke dapur.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar