Sabtu, 18 Desember 2010

Simbokku, Putu Parniasih...


Minggu, 12 Desember 2010. Suami bergotong royong membersihkan saluran pembuangan air dapur. Anak-anak dan iparku ikut membantu. Sudah sejak beberapa hari ini saluran tersebut rada macet. Khawatir jika makin lama makin parah. Simbok tidak ikut serta, karena dia sedang berada di kampung. Dua minggu cuti dalam rangka merayakan hari raya Galungan dan Kuningan. Aku menyelesaikan persiapan dalam rangka Galungan dan Kuningan, membuat banten dan jejahitan dari busung, daun kelapa muda.

Sungguh enak simbok ini. Dia masih terhitung cucu jauh suami. Umurnya sudah 20 tahun. Teman-temannya banyak yang sudah menikah, bahkan punya anak hingga 3. Dia kusekolahkan juga, ikut kursus kecantikan, belajar berbagai ketrampilan sebagai bekal hidup nya nanti. Saat pulang kampung hari minggu tanggal 5 Desember 2010 kmarin, dia kuantar naik motor Yamaha Jupiter MX. 275 km dari kota Denpasar. Nanti, hari Kuningan, tanggal 19 Desember 2010, dia akan kujemput naik motor lagi. Kerja nya cuma memasak, karena suamiku tidak rela menyerahkan urusan cuci baju dan seterika padanya, khususnya untuk pakaian kerja. Tapi, kami juga harus bersyukur karena masih memiliki seorang asisten untuk urusan rumah tangga. Apalagi kini di jaman sekarang ini begitu susahnya mencari staf urusan dalam negeri ini. Hehehe... Banyak temanku dan juga tetangga yang tidak memiliki pembantu, ada yang betah bertahan cuma seminggu.

Well, setelah setengah jam mereka berkutat, suami dan ipar menemukan faktor penyebabnya. Onggokan bekas sisa makanan yang membeku di saluran tersebut. Hmmm, simbok sungguh tidak teliti dan bekerja semaunya, tanpa menyaring sampah2 tersebut. Padahal, tempat cuci piring terletak di tengah rumah. Juga setelah di beri soda api dan disemrpot berkali, tetap tidak mempan. Dan... bahkan, yang lebih menariknya lagi, mereka menemukan 28 sendok makan berbagai bentuk di saluran yang terletak di luar halaman rumah. Ya, beraneka bentuk. Wow, wow, wow......

Ehm...
Kami memiliki 2 tempat cuci piring. Satu terletak di dalam rumah, dan satu lagi di luar, dibagian samping rumah. Yang di dalam, salurannya mampet karena begitu banyak sampah yang tidak tersaring terlebih dahulu. Yang di luar, simbok tanpa mengecek lagi, membuang air dalam baskom, yang di dalamnya masih berisi sendok-sendok makan.

Ah, entah sudah berlangsung sejak kapan. Simbok memang terkenal ngerosok, tukang mecik HP, dan, senang nonton teve. Namun.... inilah resiko sebuah keluarga atau rumah tangga. Kita tergantung pada orang lain. Tidak bisa hidup sendiri. Termasuk, jika orang itu adalah orang yang ngerosok / sembrono dalam bekerja. Tak bisa kubayangkan, dengan kesibukan kami, aku dan suami, juga anak-anak, tanpa hadirnya simbok, yang kucanda in dengan nama Mongkek ini.

Hmmm... Harus semakin dalam mengurut dada ini. Yang sabar, yang sabar.... jalani saja. Toh sedikit waktu lagi, anak-anak semakin besar, dan tak kubutuhkan lagi asisten rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar