Selasa, 15 Mei 2012

Hari Keempat Mertuaku Berpulang

Hari Keempat Mertuaku Berpulang

Selasa, 8 Mei 2012. Terjaga pagi hari, kubuatkan nasi goreng bagi keluarga. Lumayanlah, memanfaatkan nasi kemarin, dengan tambahan mie goreng dan telur. Juga teh manis. Kuutamakan anak-anak dan para ponakan. Mereka harus tetap mendapatkan perhatian meski kami semua sibuk menuntaskan karya ini.

13370978141888813618

Pukul 8 pagi, anggota banjar mulai berkumpul berdatangan, kaum lelaki dan perempuannya. Mereka kemudian bertugas sesuai dengan arahan yang diberikan oleh para pemegang komando, mulai dari ketua tim PKK, penglingsir, dan para mbok ku.

1337097980151311989

1337098071563614969

Kusadari, gas isi tabung tinggal sedikit, dan kami membutuhkan cadangan gas. Seluruh anggota keluarga yang pria sedang sibuk bekerja dengan bagian tugas masing2. Kenapa tidak? Jangan pernah remehkan kemampuan seorang wanita, maka aku membawa tabung gas yang kosong, mengikatnya di atas motor, dan melaju menuju desa, rumah Nang Merat. Menukar tabung gas kosong tersebut dengan tabung gas yg berisi penuh, lalu kembali ke rumah kami.

Bagaimana dengan persiapan lainnya? Kami butuh sayur-mayur, telur bebek untuk perlengkapan banten, aneka plastik.  Maka, kembali aku berangkat ke desa. Namun Yudha, anakku, dan Dita, ponakanku ingin ikut serta. Knapa tidak? Kami bertiga menuju ke desa dengan mengendarai motor. Berbagai peralatan dan perlengkapan yang kami beli kuletakkan di bagian depan motor, anak-anak di bagian belakang, saling berpegangan erat, dan kami kembali ke rumah.

1337098533654672146

Tinggal bersama di berbagai lingkungan yang berbeda-beda, dengan banyak orang, menuntut kita untuk bisa beradaptasi. Aku bersyukur memiliki keluarga yang beraneka warna, dan mau belajar beradaptasi dengan berbagai perbedaan ini. Memelihara harmonisasi dan tenggang rasa satu sama lainnya memang tidak mudah dan tak segampang membalik telapak tangan. Namun sejauh kita siap dan mau belajar, maka semua akan lebih mudah bagi diri kita sendiri dan juga orang lain.

13370982031361481616

Di jalan kembali ke rumah, kami melihat serombongan anak sekolah yang baru pulang. Mereka berjalan kaki beriringan, tersenyum manis dan menyapa kami. Hmmmm, tipikal masyarakat Indonesia yang ramah dan murah senyum. Meski jarak jauh yang harus mereka tempuh demi sebuah cita-cita di masa depan, menuntaskan pendidikan.

1337098300538040467

Ada beberapa bagian banten yang harus di bawa ke rumah Beli Nengah Puja. Bapak nya yang merupakan adik mertuaku, akan ikut diaben pula. Mbok Wayan Nuka dan Me Nyoman Tamas sudah cukup lelah menuntaskan banyak banten. Maka kuputuskan akan membawa sebagian banten dengan menggunakan motor, menggandeng Kadek, menantu Mbok Wayan Nuka.

1337098402367450222

Well, mau professor, pejabat terkenal, sepenuh deretan gelar, tetap harus bisa membaur, saling bahu membahu, tolong menolong menuntaskan berbagai problema. Dan kurasa aku cukup mampu. Maka, kuberikan apa yg bisa kulakukan demi keluarga tercinta. Mengendarai motor mondar mandir.

Pukul 12 siang, banten dari Griya Pangyangan tiba, kami mempersiapkan segala sesuatu bagi penempatan sementara per bantenan ini. Di teras rumah, di panggung yang terbuat dari bambu juga.

1337098680416939233

1337099433697378336

Dalam jangka waktu yang hampir bersamaan, tiba pula tabla / bade / wadag yang akan dipergunakan untuk meletakkan mayat dan diarak menuju setra. Bade ini dipesan oleh iparku di daerah Kapal, Denpasar.

1337100093121598680


Juga sekeha angklung. Hmmm, sungguh sebuah rangkaian prosesi upacara dan upakara demi berjalan lancarnya karya kami ini.

13370992411724250835

Waktu menunjukkan pukul 4 sore tatkala aku bersama ipar dan para ponakan mempersiapkan dry ice tambahan bagi bapak mertua. Ku potong-potong dry ice menjadi beberapa bagian kecil, memasukkannya ke dalam plastik ber lakban, melap dan membersihkan tumpahan air hasil udara yang mengembun di tubuh kurus beliau, dan kembali menutup dengan plastik dan terpal yang telah disediakan.

13370996851639795456


Ramainya tamu yang datang silih berganti menunjukkan dukacita bagi keluarga kami, sungguh merupakan sebuah kehormatan bisa menerima mereka dari berbagai lokasi di seantero negeri. Mulai dari rekan-rekan kerja, para kerabat dan tetangga kami di Denpasar. Ah, semoga Bapak, leluhur, bhetare dan pada dewa sebagai kepanjangan tangan Beliau, dapat membalas budi baik mereka semua.

Waktu menunjukkan pukul 6 sore. Saatnya bersiap berangkat menuju Denpasar. Aku akan menjemput Adi anakku, sekalian mengambil dry ice untuk yang terakhir kalinya.

Kukenakan jaket, celana panjang, lengkap dengan kaus kaki dan sarung tangan, juga helm baku SNI. Hmmm..... bakal malam hari melewati jalan raya, menembus hutan dan jalan berliku pegunungan. Smoga Hyang Widhi melindungiku.

Bahkan, dengan kondisi motor mati mendadak berkali, di Tukad Yeh Baas, di Munduk Mengenu, di Hutan Bading Kayu, disertai gonggongan anjing dan udara malam yang dingin menembus kulit, aku tersadar, motor Yamaha Jupiter MX ku sudah lama belum ganti olie juga tak ditambah akinya karena kesibukan mondar-mandir berkali.

Astungkara.....  empat jam kemudian aku tiba dengan perasaan lelah teramat, bila dibandingkan 2,5 jam waktu yang biasanya kubutuhkan untuk menempuh perjalanan dengan jarak sama. Kurebahkan badan setelah mandi dan berdiskusi dengan anakku Adi. Besok kami akan menempuh perjalanan di pagi hari dini sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar