Kamis, 17 Mei 2012

Ngerorasin

Masih berkaitan dengan rangkaian acara Ngaben Mertua. Kamis, 10 Mei 2012. Di sore hari, kami bersiap nganyut sekah, ngerorasin, ke pasih. Dan Laut yang dituju, disepakati, adalah yang berlokasi di Yeh Leh. Hmmm, daerah Pengeragoan, dekat Bading Kayu.

13372673301037995908

Ada beberapa mobil yang dipersiapkan bagi acara ini. Satu mobil pick up yang dikendarai oleh Bli Ketut Nada. Satu mobil Kijang hitam yang dikendarai Nengah Muliawan, ponakanku yang polisi. Satu Toyota Fortuner putih yang dikendarai Kadek Ratmini. Satu mobil kijang biru tua milik ipar, Nyoman Sumadi. Satu mobil lagi yang dikendarai Komang Dawuh. Juga satu mobil lainnya. Ibuku, bibi, Dewa Biyang Nyoman Nesi, dan Dewa Kadek Kokar, bersama mobil APV, akan mengikuti acara ngerorasin, kemudian langsung kembali ke Tabanan. Adik2 Agus ikut pula menumpang di dalam mobil tersebut.

13372673721341289983

Suami dan anak-anak, bersama beberapa mbok dan beli, naik di mobil pick up, menikmati udara terbuka malam hari. Tak lupa ku letakkan serta dua jas hujan di mobil pick up tersebut, buat berjaga-jaga jika turun hujan. 

13372674622110275088

Kegelapan malam pinggir pantai di daerah Yeh Lebah menyapa kami. Tikar digelar, pemangku mulai mengawali persembahyangan dalam rangka ngerorasin, diterangi cahaya sinar senter yang dipegang ponakanku. 

1337267537263743103

Ah Tuhan...... Betapa kami, para umat Mu, memuja dan memuji Mu, melestarikan Genius Local Wisdom berupa ngerorasin, dengan harapan agar atman keluarga terkasih kami bersatu kembali dengan Mu. Dari kesucian, kembali menjadi kesucian. Dari Nol, kembali menjadi Nol. Lebur, luluh, jadi satu.

Setelah tuntas acara disini, kami melanjutkan menuju Griya Pangyangan, mamitang. Hujan turun rintik-rintik, namun tidak membuat dingin, malah damai terasa tercipta di antara kami semua.

Ida Ratu Peranda, Lanang Lan Istri, menuntaskan prosesi bagi kami. Malam kian larut beranjak. Namun niat tuntaskan karya tidak menyurutkan jejak langkah kami. Hingga akhirnya kami kembali menuju kendaraan yang membawa kami kembali ke kampung halaman.

Hanya dua mobil yang memutuskan untuk mengambil rute menembus jalur hutan Jeruk Manis. Yakni mobil yang dikendarai Komang Dawuh, dan mobil pick up yang kutumpangi dan dikendarai Bli Ketut Nada.  Jalan menanjak curam, jalan rusak berkerikil,  terkadang jurang di kiri atau kanan jalan, hutan sepanjang 10 km lebih, gelap tanpa lampu sama sekali, hujan rintik-rintik yang turun kian lama kian deras..... Sungguh sebuah uji nyali bagi mereka yang melalui jalan ini. Beruntung kami memiliki supir dan mobil tangguh untuk melewatkan jalan ini. Tiba di Desa Dapdap Putih, setelah menembus hutan belantara, dan kembali melanjutkan perjalanan menuju Asah Badung. Udara dingin malam sehabis hujan membuat kami bersatu dengan alam. Aku merenung. Hmmm, begini ini kah, perjuangan para leluhur kami dahulu dalam menegakkan Dharma??
Astungkara, Hyang Widhi, kami tiba pukul 9 malam. Kembali kami menjejakkan kaki di halaman rumah tua. Hati puas karena berhasil menuntaskan rangkaian kegiatan hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar