Selasa, 15 Mei 2012

Puncak Karya Ngaben Mertuaku, Bape Ketut Rantun

Puncak Karya Ngaben Mertuaku.

Kamis, 10 Mei 2012, Wrespati Wage Bala, pukul 4 pagi.  Dingin udara pegunungan di Sepang membuat kami tetap menggunakan jaket untuk menghangatkan tubuh, namun tidak hentikan langkah dan hanya bermalas belaka.

Kami semua bersiap. Tabla / bade / wadag sudah bersiap dengan bambu berpalang yang akan dipergunakan menggotongnya. Ida Bagus dari Ghriya Pangyangan membacakan mantram dan memercikkan tirta menyucikan. Gamelan Gong yang dimainkan mengeluarkan suara merdu nan magis yang membuat tiap orang terpukau.

13371051901778400523

Ibuku yang telah tiba larut malam setelah menempuh berkali penerbangan dari Pontianak, dan menginap di desa Batuaji, telah pula berangkat menuju Sepang. Beliau disertai Dewa Biyang Nyoman Nesi dan Dewa Kadek Kokar ygn mengendarai kendaraan APV.

Kusiapkan sarapan bagi anak-anak dan para ponakan. Mereka tidak boleh sampai terlupakan. Kuperhatikan pula pakaian bersembahyang yang mereka kenakan. Setelah itu baru kusempatkan untuk sarapan. Kami semua bersama dengan seluruh anggota banjar dan kelompok sekehe Suka Duka Asah Badung sarapan bersama.

Berikutnya, rombongan bersiap untuk berangkat menuju setra / sema / kuburan.


13371056891300877438

Aku kebagian menggendong seperangkat peralatan upacara, dengan diselaputi kain kasa putih yang diselempangkan di bahuku. Namun tetap tidak mau melupakan seperangkat kamera saku untuk mengabadikan berbagai peristiwa dan kejadian hari ini yang bakal kualami. Batere kamera telah ku isi ulang se penuh nya tadi malam. Anak-anak juga telah mengenakan pakaian sembahyang dan sandal yang tidak menghambat perjalanan jauh mereka hari ini.


1337105515625542082

Kami bersiap berangkat, dengan terlebih dahulu berdoa, dan diperciki tirta oleh Ida Ratu Peranda, memohon berkat agar di puncak karya ini semuanya dapat berjalan lancar.

Kami berjalan ber iringan di bagian depan tabla / bade.  Ibuku juga bersikeras tetap ikut di bagian depan bade, sambil memegangi kain putih yang terbentang, berjalan cepat. Terkadang harus berlarian. Ah.... ibuku sayang, ibuku terkasih.... Ibu yang telah melahirkan dan merawatku. Beliau sudah sepuh kini. Dengan kondisi fisik yang tidak sempurna, kedua kaki cacat, pernah patah akibat beragam kecelakaan, pinggul bengkok, namun bersikeras ikut berjalan kaki menempuh jarak ber kilo meter, demi menghantar jenasah bapak mertua ke tempat pengabenan, untuk kembali bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.....

Dari Ibu ku lah aku belajar tentang arti kehidupan,
tentang semangat untuk pantang menyerah kalah
sebelum buktikan ketangguhan kita dalam berjuang.
Dari Ibu ku lah aku dapatkan spirit empati dan kasih sayang pada sesama....
Dari Ibu ku lah aku belajar untuk selalu rendah diri,
menyatu dan berbaur dengan orang lain,
karena gelar dan materi tak kan berarti tanpa terlibat bersama sahabat dan kerabat.
Dari Ibu ku lah aku dapatkan, manusia akan selalu temui masalah dan tantangan hidup,
namun kita akan bisa belajar untuk menjadi bijak dan dewasa dari ini semua,
meski berkali terjatuh dan terpuruk.... namun bangkit kembali selalu.....

1337261417705141440

1337105934443663420

13371060022096267760


13371060582072239375

Perjalanan menuju setra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar