Selasa, 26 Juli 2011

Damar, mahasiswa dari STP Bandung, di tengah hujan,


Pagi hari, selesai dengan urusan keluarga sebagai rutinitas ibu rumahtangga, mempersiapkan sarapan pagi dan bekal makan siang anak-anak di sekolah. Hujan gerimis yang turun membasahi bumi membuatku mengingatkan mereka mengenakan jas hujan saat motor si sulung beranjak keluar dari pintu gerbang rumah kami. Dia selalu mengantar adiknya ke sekolah terlebih dahulu, SDN 3 Padang Sambian, sebelum menuju ke SMAN I Denpasar.

Setelah mereka berangkat, giliranku kenakan jas hujan, dan perlahan menembus rinnai hujan. Menyusuri jalan Imam Bonjol menuju selatan, berbelok ke kiri, masuk jalan Sunset Road. Kendaraan terlihat berjalan merayap karena jalanan licin saat hujan. Akhirnya tiba di simpang Patung Dewa Ruci yang dulu terkenal dengan istilah simpang siurnya. Mendekati patung I Gusti Ngurah Rai, terlihat seorang remaja pria mengenakan uniform STPNDB di balik jaket kaos hitamnya.

Hmmm, dia mengendarai motor di tengah rinai hujan, tanpa jas hujan. Mungkin dia akan melakukan bimbingan bagi Tugas Akhirnya, karena kami kini belum berada pada minggu-minggu perkuliahan. Masih masa Pembinaan Sikap Dasar dan Profesi bagi mahasiswa baru. Kukebut laju motor memepet motornya, dan kuminta dia menepi. "Anak STP ya?". Terkadang, aku membawa jas hujan cadangan di motor. Dan kuangsurkan jas hujan tersebut untuk dikenakan olehnya. Dia bakal sakit jika menuju ke kampus tanpa jas hujan. Toh dia bisa mengembalikan saat kami bertemu kembali di kampus. "Ibu, saya Damar, anak STP Bandung, dari Manajemen Usaha Perjalanan, saya sedang di Bali karena training. Saya tinggal di Gatot Subroto, dan sekarang sedang ada event di Nusa Dua. Gimana ngembalikan jas hujan ini nanti pada ibu?" Demikian penjelasannya.

Hla, ternyata dia anak STP Bandung. Seragam kami memang sama, antara ke 4 UPT yang ada di bawah Kemenbudpar. Pantas tak kukenali dia di bawah helm hitam yang menutupi seluruh kepala. Namun tak bisa kubiarkan dia tersiram air hujan sepanjang sisa perjalanannya. Kubayangkan, anak-anakku yang lupa membawa jas hujan, ahh, hati seorang ibu. Bagaimana mungkin aku tega membiarkannya. Maka, tetap kupaksa dia menerima jas hujan tersebut. "Bawa saja, toh sudah robek sedikit di bagian bawahnya". Segera kuberikan jas hujan cadangan tersebut padanya.

Aku bukanlah orang kaya, bahkan, motor yang kubawa hanya motor tua. Namun dengan berusaha berbagi dengan orang lain, belajar peduli, tanpa memandang siapapun, asal, agama, suku, golongan...... semoga damai selalu tersedia di dunia, dan membuat kita menjadi orang yang sangat kaya..... kaya hati nurani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar