Sabtu, 09 Juli 2011

Pawiwahan di Dasong, Pancasari
















Perjalanan kembali ke Denpasar hari Jum’at pagi, 8 Juli 2011. Simbok akan tinggal hingga Kuningan di Gunung Sari. Ku kendarai Astrea Grand bersama Adi di boncengan, Yudha bersama bapaknya di atas motor Yamaha Jupiter MX. Waktu menunjukkan pukul 9.30 saat kami memacu roda motor meninggalkan Sepang di belakang. Tiba di Dapdap Putih, kami meluncur menuju ke arah Munduk Mengenu, kemudian Bading Kayu, dan tiba di jalan raya Gilimanuk – Denpasar.

Mampir sejenak untuk beristirahat di salah satu kios beratap terpal dekat Pantai Soka, kami membeli 4 buah durian. Untuk menghindari durinya, ku bungkus kertas koran dan kumasukkan ke dalam tas ransel. Kemudian diletakkan di bagian depan motorku.

Waktu menunjukkan pukul 13.00 tatkala pintu gerbang rumah kami buka. Tetangga menyapa dengan ramah. Hmmm, suatu bentuk kehidupan bertetangga yang smoga bisa selalu terbina harmonis hingga usia senja.

Selesai dengan urusan rumah tangga, kami menikmati hidangan santap siang sederhana yang bisa kuhidangkan segera bagi keluarga tercinta. Suami dan putra sulung beristirahat sejenak. Selesaikah aktivitas hari ini? Ah ha..... kupersiapkan diri untuk sebuah perjalanan lain lagi. Si bungsu ingin bergabung. Maka, setelah mengenakan seragam kebesaran, lengkap dengan sarung tangan, kaos kaki, kaca mata, dan segala perbekalan yang diperlukan, kami mengendarai astrea tercinta. Kali ini menuju Dasong. Kartu undangan pawiwahan kubawa sebagai penunjuk arah yang tentu bakal bermanfaat.

Mengendarai motor menuju ke Pura Sadha di Kapal, lalu berbelok arah menuju Sempidi, jalan raya Denpasar Singaraja. Anakku menikmati tontonan Barong Bangkung yang dimainkan oleh sekelompok remaja dan anak-anak di desa Perean.

Tiba di desa Luwus, kabut mulai mengalir perlahan. Jarum jam menunjukkan pukul 4.30. Hmmm, Kulafalkan mantram Gayatri secara perlahan sambil memacu jalan motor. Kami lewati Pura Luhur Pucak Sari Bukit Pacung, lalu Pura Luhur Pucak Sari Taman Tanda, Pasar Sayur Mayur Baturiti, Pasar Candi Kuning, Bedugul, dan akhirnya Pasar Pancasari.

Kami lalu berbelok ke jalan beraspal yang mengarah ke Dasong. Salah satu keponakan ku, kemarin mesakapan. Dia datang ke Sepang untuk berpamitan pada keluarganya, dan kini mengadakan upacara / resepsi pernikahan. Dan aku datang memenuhi undangan yang dia berikan pada kami sekeluarga.

Hari ini rencananya upacara Pawiwahan / pernikahan berlangsung bersamaan dengan upacara Mepandes / potong gigi, sebagai simbol beranjak ke usia dewasa. Ketut Santi, ponakanku ini, adalah anak bungsu Bli Nengah Puja, saudara sepupu suamiku. Tidak ada salahnya, menyempatkan diri, meluangkan waktu, berbagi rasa bersama saudara.

Akhirnya, kami tiba di depan rumah dimana resepsi berlangsung. Kuparkir motor di halaman depan rumah, menyapa para kerabat, dan duduk berbincang dengan mereka semua. Hmmm, kubayangkan, akan seperti apakah jadinya, pernikahan anak-anakku kelak ? Dengan siapakah mereka berjodoh? Akan bagaimana nanti jadinya ? ah..... Takdir, lahir, mati, susah senang....... semua garis adalah kuasa Tuhan. Kita sebagai manusia hanya berusaha semampunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar