Rabu, 27 Juli 2011

Ibu Ayoe, Kasih seorang ibu yang pedagang sate pinggir jalan









Kasih seorang ibu, takkan pernah luntur terhapus terik panas yang mendera.....

Di tengah tiap gumam desah doa yang terlantun dalam hati,

Jauh di lubuk sanubari terdalam,

untai harapan demi masa depan suami dan anak yang kau hembuskan....

Terdiam menanti pembeli di jaba pura pinggir jalan Umeduwi.


Kejamkah hidup yang tercipta bagi kita wanita?

Atau, begitu indah bila kita biarkan mengalir apa adanya

bagai guratan cinta Sang Shakuntala....


Hidup tidak ditentukan semata dari derajat status yang kita miliki semata, bu....

Tidak juga dari deretan piala atau setumpuk sertifikat pertanda jawara di genggaman

Bahkan, dari timbunan banyaknya materi yang kita miliki.....

Namun dari ketulusan kasih yang takkan pernah lapuk

tak lekang di ruang waktu

juga di ranah mimpi yang beri gurat arti di wajahmu

hingga bahkan detak jantung tak lagi milik kita kelak.....


Hinakah kerja kita karena sebuah usaha bagi mencipta perjuangan

tiada henti demi hidup yang berarti di mata Hyang Widhi?

Justru.... terhinalah yang merendahkan ini semua.


Hmmm,

Aku ingin memiliki hati sebening Ibu Ayoe.

Ajari aku dalam tiap teduhnya tatapan matamu,

untuk teguh dan kukuh bagi keluargaku.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar