Sabtu, 16 Juli 2011

Pulkam (1)












Penampahan Kuningan sekaligus hari Purnama, sasih Kasa Wage Kuningan, Jum'at 15 Juli 2011, aku sudah bersiap di pagi hari. Banten dalam rangka hari Purnama dan merayakan Kuningan sudah selesai kuhaturkan. Hari ini kurencanakan untuk pulkam ke Sepang, dalam rangka merayakan Kuningan yang jatuh bertepatan dengan perayaan sanggah keluarga kecil di sana.

Makanan sudah selesai dimasak dan kuhidangkan di atas meja dapur mungil kami bagi suami dan anak2. Wlo simbok sedang pulkam dalam rangka liburan Galungan dan Kuningan, tidak berarti aku tidak bisa menyediakan semua dengan sebaik mungkin demi anggota keluarga yang kukasihi. Baju2 kotor sudah selesai kucuci dan berderet dengan rapi di jemuran di tengah halaman.

Namun suami dan anak2 tidak ada yang berniat berangkat bersamaku. Mereka lebih memilih untuk berangkat belakangan. Yudha tidak mau terpisah, walau sejenak, dari bapaknya. Adi masih harus menunggu kepastian berita dari SCC sekolahnya, Smansa I Denpasar. Dan, mereka masih menunggu kepastian berita dari iparku yang akan berangkat bersama mertua untuk pulkam ke Sepang pula siang ini.

Hmmm, dimanika berkeluarga. Begitu banyak kepentingan, harapan dan keinginan yang terlibat di dalamnya. Aku tentu tidak ingin membiarkan para keluarga di kampung bekerja sendirii menyelesaikan banten hari raya Kuningan dan Odalan sanggah kami. Sungguh tidak etis lah..... Toh, sejauh kita bisa melaksanakan segala sesuatu yang kita bisa dan mampu, bagi keluarga besar, knapa tidak?? Lagi pula, bahkan, org yang tidak kukenal sekalipun.. selalu berusaha kubantu. Bukan dg niat untuk sombong... hanya karena naluri untuk membantu dengan yang ku bisa dan ku mampu.

Anak-anakku, suamiku, para ipar, ponakan, mertua yang sudah tua... mereka juga adalah pribadi-pribadi lain yang memiliki harapan dan kebutuhan masing-masing. Tidak bisa kupaksakan tiap kehendakku sendiri tanpa bertimbang rasa dengan mereka, apalagi, menerapkan tangan besi, pada anak-anak. Biarlah.... mereka juga akan hadapi perjuangan masing-masing, yang... semoga ini akan membuat kita semua menjadi orang yang semakin bijak dan dewasa dari hari ke hari.

Padahal, siang ini pula, Ibu kandungku, bersama kedua adik lelakiku, dan satu anak perempuan adikku, sedang dalam perjalanan dari Pontianak menuju Jakarta, kemudian ke Kerambitan, kampung halaman kami yg lain. Mereka ingin bertemu dengan keluarga besar dan ikut bersembahyang pada hari raya Kuningan ini. Aku juga ingin sekali berjumpa dengan mereka, dan ikut bersembahyang bersama, mencakupkan tangan memuja Keagungan nama Tuhan. Ah Hyang Widhi Wasa..... Engkau Sungguh Maha Sempurna. Kita tidak bisa meraih tiap impian, harapan dan keinginan kita.

Maka.... kuturunkan astrea grand '93 tercinta, dan mulai melaju perlahan menembus jalan raya dengan hamparan penjor di sisi kanan dan kiri jalan sepanjang Tegal Lantang, menuju Dalung, Pura Sadha Kapal, dan tembus di jalan raya Denpasar - Gilimanuk. Mampir sejenak sebelum memasuki daerah hutan Yeh Leh Yeh Lebah, Bading Kayu, menikmati secangkir kopi bali dan membeli beberapa barang bagi oleh-oleh. Waktu menunjukkan pukul 11.00, aku sedang di daerah Dapdap Putih, bersiap menembus jalan yg hancur dan rusak parah menuju Desa Sepang Kelod, Asah Badung. Hmmm, jangan bilang dirimu sakti, jagoan jalan raya, bila hanya bisa bawa kendaraan, dan menggebernya di jalan raya, dengan rasa show off, jika belum bisa menempuh medan perbukitan ini. Jalanan terjal, di samping jurang, turun dan naik perbukitan, lubang2 besar menganga bersiap untuk melontarkan kita bila tidak berhati-hati dan dengan sepenuh konsentrasi sepanjang perjalanan.

Kudengar dering telpon di mobile phone. Adi, anakku menelpon, mengabarkan mereka sedang bersiap berangkat bertiga dengan mengendarai motor. Ah haha.... Tuhan, Engkau Maha Besar. Hidup ini memang harus siap dengan sgala kejutan. Hanya perubahan itu sendiri yg abadi. Tau gitu khan... tadi aja berangkat bareng denganku, beres rebes dah. Tapi, ini lah dinamika dan romantika hidup manusia di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar