Sabtu, 09 Juli 2011

Galungan lan Kuningan


Jero Mangku Sudiada menjelaskan, “Ada beberapa contoh hari raya Galungan itu sendiri yang telah disinkronisasikan dibeberapa Negara yaitu berupa peperangan dharma melawan dharma, yg akhirnya dharma dalam keihklasan yang selalu menjadi pemenangnya, namun dari beberpa kemenangan itu yang diwujudkan dalam Hariraya, walaupun kelihatannya penyajiannya berbeda, namun lelintihan tatwa hendaknya garis benang merah itu tetap lurus “SATYAM EVA JAYATE” dan dari puncak kemenanganya itu selalu ada distance – jeda selama 10 hari for awareness. Contohnya :

Di Indonesia terkenal dengan hari raya Galungan sebagai puncak kemenangan kemudian 10 hari berikutnya adalah hari raya Kuningan. Di Bali dikisahkan dengan Maya-Danawa ( symbol Kebatilan ) ditaklukan oleh Indra penegak dharma.

Di India terkenal dengan Sradha Vijaya Dasami sepuluh hari kemudian adalah Divavali Rahwana Symbol kebatilan akhirnya ditaklukan oleh Sri Rama penegak dharma. Sradha = Keyakinan, Wijaya = Kemenangan, Dasa = sepuluh indria

Di Malaysia terkenal dengan Hariraya Taifusan Suradpama (symbol kebatilan) Surappama tidak bakalan gugur kecuali tubuhnya dibelah menjadi dua, hanya seorang Kumara Kartikea lah yang tau rahasia ini, sehingga Suradpama berhasil dibelah tubuhnya menjadi dua bagian yaitu kanan menjadi burung merak, sedangkan kiri menjadilah ayam Jantan. Bagian kanan burung merak menjadi wahananya Kartikea, sedangkan kiri mendapat tugas, kapan Ibu pertiwi begitu kotor maka darah ayam jantan inilah yang dipakai untuk Pensudha ( penyuciannya ) namun harus dilakukan melalui peperangan, sehingga jadilah pertempuran ayam ( sabuh rah ) yang dibali sangat dominant dengan “METAJEN”

Pelaksanaan Galungan dan Kuningan yang ada di Bali disimbolkan dengan peperangan antara kerajaan Beda Hulu (berbeda style kepemimpinan) yang di hulu dengan di daerah, Hulu saat itu Invasinya kerajaan majapahit dengan Sri Mayadenawa yang dianggap pembangkang, sehingga terjadi pertumpahan darah. Digjayanya Srimayadenawa dengan Indra, kisah ini di kisahkan disekitar Tampak Siring, tirta empul dihubungkan dengan satu buah pancoran yang tidak bisa diminum, karena strateginya Mayadenawa ketika Laskar Indra berperang dan kehausan maka ada sebuah pancoran yang diracuni, musnahlah para prajurit Indra ketika meminum pancoran beracun tersebut, sampai sekarang pancoran itu tidak baik untuk mandi apalagi diminum. Saat Bhatara Indra menusukan kerisnya ke bumi, muncrat mengalir keluar air murni sebagai penawarnya yang disebut dengan Tirta empul. Banyak lagi mitos tempat lain yang dihubungkan, termasuk ketika terbunuhnya Sri mayadenawa darahnyapun mengalir menjadi sebuah sungai ( Patanu ) saking dianggap kotor airnya tidak layak untuk industri pertanian disamping memang sungai ini sangat jauh dijurang sehingga subak sangat sulit mengangkat air yang berasal dari aliran sungai tersebut untuk mengairi sawah.

Namun ada juga yang mengartikan, Galungan berarti kemenangan Dharma, yang akan bisa tercapai kalau kita bisa mengendalikan Indria. Menurut Jero Mangku Sudiada, konsep Galungan dan Kuningan itu sendiri terdiri dari : TRI YANTRA sebagai simbol Sang Hyang Widhi, berbagai bentuk, fungsi dan makna Tuhan. Tri = 3 sedangkan Yantram saktinya dari Sang Tri Tunggal yaitu Brahma saktinya Saraswati, Wisnu Saktinya Laksmi Dewi, sedangkan Ciwa saktinya Dewi Parwati.

Ke semua sakti ini mengambil 3 hari untuk menghayatinya dalam implementasi yang sering disebutkan dengan

  • “NAWA RATRI” Nawa = 9 hari, Rahina Ratri = hari yang khusus. Yang seharusnya dilakukan sehabis puncak kemenangan itu kita raih.
  • Pemaridan Guru = Mohon restu dari Sang Catur Guru, yaitu mulai hari Kamis Jumat Sabtu adalah pemaridan guru, mengheningkan diri dan memohon ajaran dari Sang Catur guru untuk menentukan strategi, agar bisa tetap berlaku di jalan Dharma. Kesemuanya ini adalah Saktinya Brahma, Yaitu Sang Hyang Aji Saraswati.
  • Pemacekan Agung ( Minggu, Senin, Selasa ) melanjutkan rencana berikutnya setelah terbentuknya rencana yang pasti, menentukan indikasi perilaku yang ingin dicapai. Membuang segala yang buruk dan tidak pantas diulangi, mempertahankan kemenangan, kesucian lahir dan batin. Indikator Wisnu dengan saktinya Dewi Laksmi sebagai pemberi kemakmuran, namun harus diraih oleh umat dengan usaha dan kerja keras, perjuangan nyata yang bersungguh-sungguh, di jalan Dharma.
  • Penampahan Kuningan ( Rabu, Kamis Jumat) kita Mohon kepada Hyang Ciwa sebagai pemrelina dengan saktinya Parwati. Dalam hal ini, kita diminta selektif, mana yang perlu kita kembangkan dan yang usang kita harus prelina, hal dilakukan pas hari jumat yang disebut dengan penampahan (prelina sane sampun usang). Hal ini kemudian dilanjutkan kesokan harinya dengan merayakan hari raya kuningan
  • Kunci Mantram yang dipakai untuk membuka evaluasi ini adalah:

Om Jung Ang Sang Bhur Bvah Sah Kartika yanamah

Om Svah, Bvah, Bhur, Sang Ang Jung yanamah.

Trisakti sebagai Tri yantra, sedangkan Tripurusa sebagai Ratri

  • Hari Raya Kuningan – Kauningan kemantapan hati kita sampaikan ( uningan) waktunyapun tidak baik melewati tajeg surya, dalam Chandogiya upanisad, disitu disebutkan Pagi sekali adalah pemujaan untuk Ciwa, siangan dikit jam 08-10, pemujaan untuk Dewa, sedangkan selanjutnya s/d jam 12.00 adalah pemujaan untuk leluhur, termasuk sang Caturguru tadi, selanjutnya adalah untuk Bhuta yang kecendrungan nya adalah kedigjayaan.
  • Ada beberapa pura yang memang odalannya pada hari raya Kuningan di Bali adalah Pucuk Brahma, adanya di Kebun raya Bedugul, dan Sakyamuni – Sakenan sekarang, di lampung Pura Waylunik, karena memang odalannya pada saat Kuningan.
  • Buda Kliwon Pegat uwakan, dalam jedah ini galungan dan kuningan kita jadikan spirit untuk berusaha, sehingga s/d Buda kliwon Pahang, kita prelina semua attribute hari raya, kalau ada yang memakai aksara suci misalnya di umbul umbul penjor dsbnya seyogyanya diprelina, arengnya kita pakai jejaton, bungkus dengan ketipat sidhakarya, genanhang maring atas pintu masuk/angkul2 ring griyane soang soang sebagai pertanda perlindungan dari sang tiga sakti.
  • Demikianlah sebenarnya memaknai Hariraya galungan dan kuningan ini dengan jedah 10 hari, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar