Kamis, 19 Mei 2011

Chiko, Anjing Kami Sekeluarga.


Kami bukan termasuk keluarga penyayang binatang yang ekstrem, namun, lumayan sayang deh. Dahulu kami pernah punya anjing ras yang ramah pada siapa saja. Suami membawanya dengan penuh waspada dari Jogja. Dia hilang karena senang jalan2 dan dicuri orang. Kami juga pernah punya beberapa ekor burung, namun karena bukan jodoh, maka ada yang mati atau terbang jauh. Pernah pula memiliki 35 ekor ayam, namun semua pergi pula. Padahal, sudah senang tatkala pak Wirtha teman kantorku menyatakan bakal membayar 350.000 untuk 7 ekor ayam jago yang kumiliki. Karena suami tidak mengijinkan ayamnya dijual, jadi deh ayam tetap di kandang, dan mati karena sakit. Hweleh hweleh.....

Dan kini, dengan 5 ekor anjing peliharaan, se ekor monyet, rumah sudah cukup ramai. Ada Chiko, Benny, Pretty, Lucky, dan Betty, serta si Puyu sang monyet. Dari ke lima ekor anjing tersebut, yang paling tua bernama Chiko. Semenjak Adi, putra sulungku berumur 5 tahun, Chiko sudah bersama kami sekeluarga. Dahulu dia begitu sayang pada anak2. Siapa pun yang datang berkunjung ke rumah, selalu disambut dengan ramah, senang bermain dengan siapa saja. Namun semenjak anak-anak tetangga sering menembakkan pistol mainan dengan peluru kecil padanya, melemparkan batu melalui pagar, dia jadi membenci orang lain.

Pernah seorang anak tetangga yang sering mengganggunya dengan melempar batu, menakut2i, masuk ke pekarangan rumah kami, dikejar dan digigit di bagian pantat. Maka, pagar rumah selalu tertutup rapat. Tidak ada yang berani masuk. Ehm....

Dahulu kami juga pernah punya anjing yang begitu setia. Bahkan, saking setianya, selalu ikut setiap anak sulungku berangkat sekolah. Dia ikut masuk ke dalam kelas, dan duduk di bawah bangku. Kami kewalahan mengikat dan mengurungnya di halaman, karena dia selalu punya cara untuk kabur dan kembali menguntit anakku hingga ke sekolah.

Dan kini, Chiko telah mati. Dia sakit terserang virus parvo. Dokter hewan mengatakan bahwa parvo adalah penyakit yang paling mematikan, karena hanya dalam hitungan jam seekor anjing bisa mati. Padahal, anjing2 kami selalu disuntik, baik suntikan vaksin dari berbagai jenis penyakit, juga waksin anti rabies. Hmmm, mungkin juga karena dia sudah cukup tua. Entahlah, kami harus mengikhlaskan kepergiannya. Anak2 dan suami berduka, karena kami sudah cukup lama bersama dengannya. Namun.... bukankah, hidup dan mati kita tidak bisa mengatur ini semua?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar