Selasa, 17 Mei 2011

Simbok, mereka ikut mengatur dunia kita.....


Pagi ini simbok pulang. Dia masih terhitung cucu jauh suamiku. Ibunya melahirkan seorang bayi 3 bulan lalu, dan dua hari lagi akan berlangsung upacara nelu bulanin. Hmmm, saat dia berusia 20 tahun, dia mendapat seorang adik baru.

Well.... kuantar dia hingga ke terminal Ubung dengan mengendarai motor bersama anakku, Yudha. Lalu dia melanjutkan perjalanan dengan bis Manis menuju Pupuan. Bersamanya, kutitipkan kado gelang kaki dan tangan bagi bayi, juga beberapa potong pakaian bagi adiknya. Kutitipkan pula, pakaian bayi bagi Wayan Dana yang baru punya cucu, dan anaknya Wayan Sarimi. Wayan Sarimi dulu adalah pengasuh putra sulungku. Bersyukur sekali.... anak-anakku mendapatkan pengasuhan yang cukup baik dari para simboknya. Jaman kini sungguh susah mencari pengasuh anak yang sungguh-sungguh sesuai dengan harapan dan kemampuan. Maka, aku berusaha menjaga toleransi dan komunikasi dengan para simbok. Hehehe....

Contohnya saja, tiap pagi atau tatkala mandi di sore hari, berusaha menyelesaikan cucian baju yang bertumpuk di ember, menyediakan makanan di kulkas untuk selalu siap di masak, hingga tidak perlu repot untuk mondar-mandir ke pasar atau warung. Mereka juga manusia, jika marah atau sedih, wah wah wah... gaswat en berabe dah urusan rumah tangga. Termasuk, sesekali mengajaknya bepergian keluyuran, bahkan, untuk tempat-tempat yang rada jauh sekalipun, yeah, dengan naik motor, karena keluarga kami tidak punya mobil. Misalnya, saat pulang kampung, karena kampung kami berdekatan, ke Pura Batukaru, bersembahyang bersama, ke Pura Tanah Lot, Pura Goa Lawah, bahkan Pura Andakasa.

Jika dahulu para simbok bertahan dalam rentang waktu dua hingga 3 tahun, maka simbok yang terakhir ini, Putu Widi Arini, panggilannya Ayu, sudah bertahan 5 tahun. Hmmmm, lumayan lama. Ia ku sekolahkan di level SMA, pada sekolah Paket Kejar. Pernah ku ikutkan kursus kecantikan dan merias pengantin, hingga belajar memasak kue.

Dan..... kini dia pulkam. Saat orang selesai dengan libur akhir pekan dan libur Waisak, dia pulang kampung untuk melangsungkan upacara nelu bulanin adiknya. Ahhh. Padahal, 2 minggu lalu aku sudah 4 hari ijin dari kampusku karena tidak mengikuti perkuliahan S3 di Program Studi Kajian Budaya UNUD dan tidak mengajar di kampus STPNDB, dengan alasan ponakanku menikah.

Namun, hidup harus penuh dengan toleransi, bukan?? Kita tidak bisa egois dan menempatkan diri kita di atas segalanya. Di atas langit masih ada langit. Dan, aku hidup tidak sendiri, harus siap bersosialisasi, baik itu dengan keluargaku sendiri, dengan keluarga besar, dengan para sahabat, bahkan, dengan orang yang tak ku kenal sekalipun. Maka, ini adalah sebuah pilihan yang kuambil, dan, bukankah kita semua bertanggungjawab pula terhadap pilihan hidup yang kita ambil??

Berhubung aku sudah terbiasa dan bisa atasi urusan rumah tangga, juga kantor, maka yang perlu kulakukan hanya beberapa fleksibilitas. Besok Rabu, Adi dan Yudha bakal masuk sekolah di pagi hari. Baju seragam mereka telah kugantung di depan lemari agar mudah diambil. Bangun pagi bakal kupersiapkan bekal bagi mereka untuk dibawa ke sekolah. Sarapan cukup dengan segelas susu dan setangkup roti. Suami bakal menyelesaikan proyek perpustakaan mininya bersama ipar. Wlo hanya di belakang rumah, namun tentu menguras waktu dan tenaga mereka. Sudah kupersiapkan semur ayam bercampur kentang. Besok pagi tinggal menghangatkan dan menyediakan nasi bagi mereka. Baju telah kucuci bersih dan rapi di jemuran.

Rabu dam Kamis, adalah hari dimana aku memiliki kelas hingga malam, karena mengajar di kelas sore STPNDB. Jum'at, ada Bedah Buku di kampus ku, sekaligus seminar tentang Bunga, Inflorisity 2011, yang merupakan aplikasi manajemen mahasiswa DIV ADH smt 8. Sabtu disertai dengan lomba merangkai bunga, yang diikuti oleh para pekerja di dunia perhotelan. Minggu? aku ingin ikut program pelatihan bagi para terapis SPA. Ehm......

Anak-anakku, kelak engkau akan sadari, bahwa, setiap dari manusia memiliki harapan dan keperluan masing-masing. Dalam menjalin komunikasi dan berinteraksi, terkadang tidak dapat dihindari terjadinya konflik dan berbagai benturan lain. Namun, C'est la Vie, anak-anakku sayang. Inilah dunia. Mau tidak mau, kita semua berada di dalamnya, dan terlibat dengannya. Maka, harus ada keputusan yang kita ambil, baik dalam hal berpikir, berkata dan bertindak. Hidup adalah sebuah pilihan, dan kita bertanggungjawab berhadap pilihan kita tersebut, duka atau tidak..... Termasuk dalam hal per simbok an. Hehehe.....

Menjadi tua? Kita semua bisa tumbuh menjadi manusia tua dan mati kelak.... Namun, menjadi semakin bijak dan dewasa dari hari ke hari, hanya diri kita sendiri yang bisa tentukan jalan kita. Dengan berbagai problema yang kita hadapi.

Tidak emak janjikan, bahwa hidup ini bakal indah dan selalu mudah bagi kalian semua, namun jangan pernah padamkan asa dalam diri kalian, sekecil apa pun cahaya lilin yang tersedia untuk menerangi gelap malam jalan itu. Ingatlah selalu, betapa kasih ku akan menyertai kalian semua....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar