Kamis, 26 Mei 2011

Indonesia Herb Festival di Pecatu, New Kuta Resort, Klapa.








Jumpa Pinandita Prof. Pitana pagi ini di acara seminar yang kami hadiri, sungguh di luar perkiraan kami. Baru kemarin sore, saat sedang bersiap mengajar ke kelas, Ibu Oka Yuniari masuk ke ruang dosen Administrasi Perhotelan. "Pak Sabudi ditugaskan untuk menghadiri Indonesia Herb Festival di Pecatu esok hari oleh lembaga" demikian ujarnya. Namun berhubung Pak Sabudi ada tugas lain yang tidak bisa dihindari, maka aku dan Ibu IGA Mirah Darmayanti yang diminta berangkat memenuhi undangan tersebut. Dalam fotokopian surat undangan yang kami terima, STPNDB mendapatkan 4 buah undangan gratis sebagai imbalan atas sumbangan tarian pembukaan dan penutupan acara seminar yang akan dibuka oleh Bapak Menbudpar dan dihadiri oleh Ibu Ani Yudoyono.

Jadi terkenang saat-saat aku bersama ibu MIR menjadi murid beliau di Pascasarjana UNUD beberapa tahun silam. Kami mengagumi alur berpikir bapak prof" demikian biasa kami menyapa, yang bisa menjelaskan informasi dengan berbagai data secara runtut dan lugas, sehingga bisa diterima oleh kami yang berasal dari berbagai latar belakang.

Indonesia Herb Festival diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta, bekerja sama dengan SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu), PDHMI (Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia), PATA (Pacific Asia Travel Association / Indonesia Chapter), dan di organisasi oleh OCI (Quantum Convex International). Pembawa acara dari Metro TV, Ibu Prita Laura yang sungguh cantik, bertugas sebagai moderatornya. Tarian pembuka< Sekar Jagat, disumbangkan oleh lima orang mahasiswi yang diasuh oleh ibu Oka Yuniari.

Pada keynotes speech nya, Pinandita Prof. menjelaskan bahwa betapa potensi Indonesia dengan 934 ribu spesies tanaman herbal, dan 3000 spesies yang termasuk tanaman antiopksidan sesungguhnya belum diupayakan secara maksimal. Sejak jaman nenek moyang, bangsa indonesia sudah dikenal sebagai bangsa yang menghargai dan sudah mengaplikasikan tanaman ini dalam berbagai aspek kehidupan. Itu terungkap dalam Serat Centhini, yang berfungsi sebagai primbon tentang pengobatan herbal di nusantara ini, juga pada beberapa suku dan budaya lain, seperti Bugis, bahkan Bali yang terkenal dengan Ayur Wedanya, pada lontar Bali Usadha, tentang beberapa metode pengobatan dimana di dalamnya dengan menggunakan tanaman. Ini mengantarkan Indonesia juga turut dikenal dengan The Blessed Archipelago dengan herbal sebagai salah satu bentuk etnoscience nya. Hmmm, sungguh, jika benar-benar digali dan diteliti berulang kali, dan diaplikasikan dengan baik, dunia herbal semakin mendapatkan kedudukan mulia sebagai tanaman obat atau antioksidan.

Ibu Rossy Anton Supriyanto dalam keynotes speech juga menyampaikan hal senada. Ibu Rossy yang Upaya pemerintah untuk menunjukkan kepedulian pada peningkatan pemahaman masyarakat akan dunia herbal ini telah turut mendorong lahirnya 253 Rumah Pintar, 400 Mobil Pintar, dan 3 Kapal Pintar yang tersebar di berbagai Propinsi dan kota di seluruh Indonesia.

Bapak dr. Hardhi Pranata menjelaskan, terus menguatnya posisi tanaman obat diperlihatkan oleh data pada tahun 2003, jumlah omset tanaman obat itu sendiri bernilai 2,5 trilyun, namun pada tahun 2010 meningkat hingga 8 trilyun. Sungguh sebuah data fantastis. Namun tentu pengkajian lebih jauh lagi, seberapa besar dari tanaman obat tersebut bisa sungguh diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan, bagaimana dengan kadar keamanan dan kebersihannya, termasuk di dalamnya, dosis takaran yang sesuai. Bagi seseorang dan orang lainnya, tentu berbeda pula kebutuhan dan penanganannya. Lagi pula kini, seiring dengan perkembangan dunia global, tanaman obat ikut terlibat dalam bidang tourism, karena sesungguhnya tourism itu sendiri adalah sebuah kegiatan yang lintas sektoral, multi sektoral. Orang bisa berlibur sambil menikmati tanaman herbal yang hanya ada didaerah yang dikunjunginya. atau melakukan banyak kegiatan yang berkaitan dengan dunia herbal dengan liburannya.

Sessi pertama dengan topik Community-Based Herb Development disampaikan oleh bapak Hasanuddin Ibrahim, selaku Director General of Horticulture Ministry of Agriculture of the Republik of Indonesia, bersama dengan ibu Murdijati Gardjito, selaku Departemen of Nutrition and Food Technology, Faculty of Agriculture Technology, Gadjah Mada University.

Sessi kedua berlangsung dengan topik Healthy and Beauty Herb Cosmetic, dengan pembicara ibu BRA Mooryati Soedibyo dari PT Mustika Ratu Tbk. Juga Ms. Windy Yang, Spa Lady from TMTDA (Taiwan Medical Tourism Development Association). Dan bapak dr. Hardhi Pranata, selaku chairman of IMAHM (Indonesian Medical Association in Herbal Medicine.

Sessi ketiga berlanjut dengan pembahasan Temulawak as The Indonesian Traditional Herb Welcome Drink oleh Vice Director of Graduate School Trisakti Institute of Tourism.

Setelah istirahat sejenak, para peserta seminar menikmati makan malam dengan dihibur kembali oleh tarian yang disuguhkan oleh mahasiswi-mahasiswi STPNDB. Hmmm, sungguh sebuah perjuangan yang tidak mudah oleh Ibu Oka Yuniari untuk menghantar mereka pentas pada pagi hari, sekaligus juga pada acara penutupan di malam harinya.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar