Kamis, 26 Mei 2011

Ngaben


Tuhan hadir dengan cara yang tak kita kira dan tak kita harapkan....... Namun Beliau selalu hadir demi hal yang terbaik bagi kita semua, bukan demi hal yang kita perkirakan akan jadi yang terbaik bagi kita.


Aku sangat percaya pada karma yang bakal terlahir dari setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan yang kita rencanakan, kita laksanakan, dan kita akhiri.....



Disaat memutuskan akan melakukan ngaben di kampung halaman Bapak, Kerambitan Bali, bagi mendiang bapak yang telah kami aben di Pontianak, aku sudah sangat yakin. Emak sudah menyanggupi di saat awal, agar semua bisa berkumpul, akan dicarikan jadwal pas saat sedang liburan sekolah. Kakak dan adik juga sudah menyanggupi urun rembug dan urunan soal biaya. Namun ternyata, ada banyak hal yang jadi bahan pertimbangan emak dan kakak serta adik2ku. Hingga kami berkali bersilangpendapat. Ngaben kali ini akan berlangsung di Kerambitan awal Juli, namun kemudian, keluarga di Jeroan mengatakan, dewasa yang bagus adalah 13 Juli 2011.

Emak di Pontianak bersikeras menunggu hasil penjualan rumah warisan, dan kami bersaudara diminta Emak untuk harus pulang dulu untuk rapat kembali mematangkan segala sesuatu... Sedang si kakak beserta keluarga ada di Jakarta, adik bungsuku ada di Jakarta pula sekeluarga, si Tengah, di Pontianak beserta keluarganya pula. Hla, si bungsu ini baru saja tiba dari Eropa seminggu lalu, dan bakal berangkat lagi ke Eropa minggu depan. Dia kerja di perusahan Obat, PT Tempo. Kakakku baru pensiun dari perusahaan asing, dan kini memulai usaha butik kecil-kecil an. Si Tengah, memiliki usaha ternak lele yang lumayan berhasil. Hmmm, sungguh repot bila harus mengumpulkan keluarga yang sudah berkembang ke segala arah dan penjuru. Hehehe.

Aku sudah mencoba menjelaskan pada Emak dan para saudaraku, akan kucoba mengambil alih semua beban dan tanggungjawab ini untuk sementara waktu, yang penting, upacara bagi mendiang bapak bisa segera terlaksana. Walau hati lumayan kebat kebit. Tidak gampang dan tidak seindah bicara rencana di atas kertas dengan fakta di lapangan. Bahkan, uang pun aku tidak punya.

Tangal 13 Juli, berarti, sejak awal Juli kami sekeluarga sudah harus berkumpul di kampung halaman. Dan, saat itu adalah sedang libur sekolah. Tidak terbayangkan, tiket pesawat, ongkos transport, berbagai kebutuhan meningkat berlipat2. Biaya yang diperkirakan, bisa naik berlipat-lipat. Apalagi, mendiang Bapak, juga Emak, merencanakan ingin melaksanakan ngaben massal, membantu orang lain yang tidak mampu di kampung halaman Bapak. Termasuk, jika ingin melaksanakan rangkaian upacara bagi anak dan cucu lainnya, seperti, potong gigi, nyambutin, ngotonin, dll......

Namun ternyata Tuhan memberikan jawaban atas segala doaku siang dan malam..... Upacara bapak terpaksa ditunda 3 bulan lagi karena ada Karya besar, upacara di salah satu pura di kampung halaman kami. Secara bergotong royong, kami mencoba mengumpulkan dana bagi biaya yang diperkirakan akan kami perlukan bagi upacara bapak. Dan.... para saudara bisa berkumpul semua pada saat upacara tersebut diperkirakan bakal berlangsung. Juga... saat itu sudah bukan saat liburan sekolah. Saat itu pula, seluruh rangkaian program perkuliahanku di program pascasarjana S3, program studi Kajian Budaya Universitas Udayana sudah selesai terlaksana. Tinggal melaksanakan penelitian ke lapangan.

Ah.... Astungkara, Ida Sang Hyang Widhi Wasa... Engkau sungguh hadir dan bekerja dengan cara-cara yang sungguh tidak terduga. Aku jadi semakin takjub dan tidak akan menyangkal kebesaran nama Mu..... Abhayam Mirtrad Abhayam Armirtrad...... Tidak ada lagi yang bakal membuat ku takut dan ragu akan kebesaran nama Mu.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar